Ane kumpulkan fakta-fakta ini harapannya ntar supaya kita lebih meyakinkan langkah-langkah kita apakah udah di jalur yang benar, atau malah sedikit menyimpang atau bahkan keluar batas kefitrohan kita sebagai manusia yang sebentar aja hidup di dunia menuju alam akhirat yang kekal abadi ..
Usia muda yang kita habiskan untuk menapaki karir berbeda keutamaannya dengan yang dihabiskan untuk menuntut ilmu agama yang nantinya berbuah amalan sholeh dan ilmu yang disebarkan untuk umat.
Waktu kita dalam menemukan karir, harta, dan posisi akan tersita banyak di sana. Otomatis praktek sholeh yang ringan namun berat pahalanya seperti mengaji, sholat, taklim, dakwah, berkhidmah untuk Islam wal Muslimin akan surut. Sedang urusan menemukan karir, harta, dan posisi adalah urusan mubah yang pahalanya biasa-biasa saja. Relakah Anda dengan yang sedikit ini?
Usaha kita dalam menemukan karir, harta, dan posisi tentu lambat laun akan membuahkan hasil.Namun manfaatnya apakah juga dirasakan untuk Islam wal Muslimin ataukah hanya dirasakan untuk diri dan keluarga saja?
Hasil dari usaha kita menemukan karir, harta, dan posisi tidak akan bergabung kita di dalam kubur.Jadi energi, waktu, dan pemikiran yang kita kuras akan berakhir begitu saja (kalo bisa dikatakan 'sia-sia'). Kecuali kalo kita manfaatkan hasilnya untuk kebaikan Islam wal Muslimin. Maka yang jadi pertimbangan bukan kuantitas karir, harta, dan posisi tapi nilai manfaatnya untuk tambahan amal sholeh kita ..
Dalam menemukan karir, harta, dan posisi, kita selalu saja mengorbankan kebahagiaan hakiki kita.Yakni kebahagiaan mencintai Alloh, berbakti untuk agamaNya, beribadah dan hidup dengan kehidupan Islami. Sadarkah bahwa kita telah mengganti emas permata dengan butiran pasir yang tak bernilai?
Bahagia adalah mengikuti petunjuk Alloh dan RosulNya. Jatah hidup kita rata-rata cuma 60-70 tahun saja, setelah itu kita hidup di akhirat kekal di dalamnya. Nah, apakah usia yang singkat itu kita korbankan dengan kebahagiaan semu saja, yakni kebahagiaan menemukan karir, harta, dan posisi?Akhirnya di dunia kita merasakan kebahagiaan semu saja apalagi di akhirat nanti, entah kebahagiaan atau penyesalan nantinya.
Kasus aneh yang bikin garuk-garuk kepala plus ngelus dada:
Seorang berintelek tinggi dan bergelar puanjang namun tidak kenal Islam. Dia beribadah ala kadarnya. Artinya dia kebetulan lahir dari keluarga Islam, dan Islamnya hanya kebetulan saja. Kalau bisa dikatakan, Islamnya adalah Islam 'krupuk' atau Islam 'nunut' saja.
Seorang anak pergi merantau meninggalkan orang tua demi menemukan kebahagiaan berupa nafkah sandang pangan. Kenapa dia meninggalkan orang tuanya di rumah, sedang berbakti kepada orang tua adalah sarana terbesar menggapai kebahagiaan dunia akherat termasuk di dalamnya adalah dimudahkan baginya mendapatkan nafkah sandang pangan meskipun di kota sendiri, sebagai buah berbakti kepada orang tua.
Seorang istri keluar rumah untuk mencari rizki padahal suami juga bekerja meskipun hasilnya pas-pasan. Anaknya pun ditinggal di rumah bersama pengasuh. Akhirnya anaknya lebih 'berbakti' kepada pengasuh dari pada orang tuanya. Masa-masa emas tumbuh kembang si anak yang menggemaskan akan berlalu begitu saja luput dari orang tuanya. Nafkah yang didapatkan si anak hanyalah nafkah lahir saja, sedang nafkah batinnya nol kosong. Sehingga anaknya mencari kebahagiaan di luar rumah dengan temannya yang terkadang buruk akhlaknya. Sekarang anaknya adalah musuh dan buah penyesalan bagi orang tuanya ..
Seorang ikhwan atau akhwat dulu getol mencari ilmu agama, ibadah, dan akhlaknya baik. Semenjak disibukkan dengan urusan perut sekarang semuanya berubah. Ia lupa dengan hak dirinya atas ilmu agama dan ibadah-ibadah, kewajibannya terhadap Islam wal Muslimin, akhlaknya juga berubah 180 derajat menjadi kasar, ambisius, gila harta, hatinya telah kacau balau, hatinya telah berontak .. hanya dia menutup-nutupinya.
Seorang pemuda berikrar bahwa usia mudanya untuk menemukan karir dan penghidupan yang lebih baik. Sedang urusan ibadah baginya bisa diundur. Akan ada waktunya ia punya waktu banyak untuk beribadah. Hasilnya, kehidupan mudanya diliputi dengan kegilaan dia menemukan karir, menghalalkan segala cara, tabrak syariat sana-sini, dan perilaku menyimpang lainnya buah dari jauhnya dia dari agama. Lalu usia tua datang kepadanya, ia ingin bertobat dan banyak ibadah. Namun apa dikata, badannya telah lemah, akalnya pikun, penyakit berdatangan, hanya ibadah wajib saja yang bisa dikerjakan itupun sebisanya .. Kerugian yang besar untuk orang seperti dia.
dan kasus-kasuh aneh lainnya ..
Semoga menjadi renungan dan pelajaran berharga untuk diri kita, lebih khusus untuk diri saya sendiri ..