Subscribe:

Pages

“SIFAT” Etos Kerja Muslim





Apa itu “SIFAT”? SIFAT merupakan singkatan dari Shidiq, Istiqomah, Fathonah, Amanah dan Tabligh. SIFAT merupakan etos kerja yang seharusnya dimiliki setiap muslim.
Shidiq

Shidiq berarti memiliki kejujuran dan selalu melandaskan ucapan, keyakinan, serta perbuatan berdasarkan ajaran islam. Lawan dari Shidiq ialah Kidzib artinya dusta ( palsu ). Dalam kehidupan ini aman dan kacaunya masyarakat amat ditentukan oleh sifat shidiq dan kidzib dari para penghuninya. Shidiq melahirkan sifat amanat dan tanggung jawab. Kepada mereka inilah tumpuan kepercayaan bisa diberikan. Masyarakat akan aman dan tentram bila para pemegang kendali kehidupan, seperti para pakar, para cerdik pandai, pengusaha, pedagang dan tokoh mempunyai karakter shidiq, amanat dan jujur. Sebaliknya keserakahan dan kekacauan ekonomi, kriminalitas, korupsi, kebocoran dana dan anggaran, manipulasi dan lain sebagainya akan tetap terjadi bila penghuni kolong langit ini krisis dari sifat shidiq. Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu berkata, bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam : “ Sesungguhnya shidiq ( kebenaran ) itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Dan seseorang yang membiasakan dirinya berkata benar hingga tercatat di sisi Allah sebagai shidiq ( orang yang benar ), dan kidzib ( dusta ) itu membawa kepada kedurhakaan dan kedurhakaan itu membawa ke neraka. Dan sesungguhnya seseorang yang suka berdusta sehingga dicatat disisi Allah sebagai pendusta.” ( HR. Bukhari dan Muslim ).



Dua sifat yang bertentangan antara sidiq dan kidzib, dua-duanya tidak pernah terdapat dalam diri seseorang, masing-masing menjadi ciri dan identitas kepribadian seseorang.

Shidiq memberikan identitas bagi orang-orang beriman, sedang kidzib menjadi ciri orang-orang munafiq. Identitas orang beriman dan taqwa yang mendapat jaminan surga ialah orang-orang yang shabar, orang-orang shidiq ( benar dan jujur perkataan, hati dan amalnya ), dan orang-orang yang ta’at, dan orang-orang yang menafkahkan hartanya ( di jalan Allah ) dan orang-orang yang memohon ampun di waktu sahur ( QS. Ali- Imran : 17 ).

Sedangkan identitas kidzib terdapat pada orang-orang munafiq, seperti yang disebut dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam :

“Tanda-tanda munafiq itu ada tiga : apabila berkata dusta, bila berjaniji ia menyalahi dan apabila dipercaya ia berkhianat.” ( HR. Muttafaqun ‘alaihi ).

Shidiq menjadi tonggak penopang tegaknya iman dan sempurnanya akhlaq seseorang. Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda :

“Iman itu bukanlah angan-angan kosong, tetapi ( keimanan ) itu apa yang menetap di hati dibuktikan kebenarannya dengan amal. Dan sesungguhnya ada satu kaum yang tertipu oleh angan-angan kosong, sehingga mereka keluar dari dunia tanpa amal kebaikan. Mereka berkata : “Kami berharap baik kepada Allah” Mereka telah berdusta ( kidzib ). Jika mereka benar-benar berharap baik ( iman ) kepada Allah, niscaya mereka beramal baik.”

Orang yang bijaksana ialah yang menundukkan nafsunya dan beramal untuk bekal sesudah mati. Dan orang-orang yang dungu ialah mereka yang menuruti hawa nafsunya dan berangan-angan kosong terhadap Allah. Beramalah hai Fathimah karena aku tidak berguna sedikitpun bagimu terhadap Allah.” Al-Hadits.

Hadits ini menjelaskan bahwa iman itu harus dibuktikan dengan shidiq ( kebenaran ) pada tiga tempat :
Pada hatinya harus tersimpan kebenaran dan kejujuran, keikhlasan menjadi motivasi seluruh perbuatan yang hanya karena Allah semata-mata.
Lisannya pun mengungkapkan iman dan kebenaran yang ada dalam hatinya sehingga apa yang diucapkan selalu benar, jujur dan besih dari segala yang kotor, keji dan dusta.
Perbuatan adalah cermin dalam jiwanya. Jika iman dan kejujuran hatinya itu memang murni dan benar ( shidiq ) maka akan dan harus nampak benar, kejujuran imannya itu melahirkan kebajikan-kebajikan yang selalu mengalir secara produktif dari dirinya.

Dan ini memang cermin kepribadian orang-orang beriman. Bila tidak maka ia berbuat kidzib atau dusta sedangkan iman dan kebenaran itu tidak cukup hanya berangan-angan, Fathimah putri dan buah hati Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sendiri harus menumbuk gandum, menjahit sendiri bajunya dan Rasulullah bangga melihatnya.
Istiqomah

Istiqomah berasal dari kata istaqoma, yang merupakan kata bentukan dari qooma. Qooma artinya berdiri, aqooma berarti mendirikan, sedangkan istaqoma berarti upaya terus menerus untuk mendirikan. Istiqomah artinya konsisten dalam iman dalam nilai-nilai yang baik meskipun menghadapi berbagai godaan dan tantangan. Istiqomah dalam kebaikan ditampilkan dengan keteguhan kesabaran, serta keuletan, sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal. Istiqomah merupakan hasil yang diperoleh dari suatu proses yang dilakukan secara terus menerus.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Rabb kami ialah Allah, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (QS. 46:13). “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan. “ ( QS. Huud : 112 ).
Kualitas iman ditentukan oleh amal kita. Kualitas amal perbuatan ditentukan oleh niat dan eksekusi ketika amal dilaksanakan. Kualitas amal seseorang sebenarnya ditentukan oleh niat dan efek dari amal yang diberikan tersebut. Apabila seseorang rajin melakukan ibadah. Khusyu bersujud kepada Allah. Seseorang itu bagus dalam Habluminallah. Tetapi ternyata seseorang tersebut ternyata kurang bekerja baik, ceroboh, malas, penuh pamrih dalam bekerja, hablumminanas orang tersebut belum teruji. Dengan demikian amal yang dikerjakan belum pada taraf yang sesuai.
Fathonah

Fathonah berarti mengerti, memahami, dan menghayati secara mendalam segala hal yang menjadi tugas dan kewajibannya. Sifat ini akan menumbuhkan kreatifitas dan kemampuan untuk melakukan inovasi yang bermanfaat. Kreatif dan inovatif hanya mungking dimiliki ketika seorang selalu berusaha untuk menambah berbagai ilmu pengetahuan, peraturan, dan informasi yang berhubungan dengan pekerjaannya.

Rasulullah SAW adalah orang yang fathonah yaitu orang yang sangat cerdas, bisa berfikir dengan jernih, cepat, efektif, efisien, jitu, dan kreatif. Paling tidak ada empat hal yang harus dimiliki pemimpin masa depan. Pertama, pemimpin yang cerdas dia harus bisa berfikir jauh ke depan.

Islam mengajarkan kita untuk berfikir tentang saat kematian, disuruh memperhitungkan tentang keadaan alam kubur, juga dilatih berfikir tentang yaumal hisab, suatu masa yang belum terjadi. Artinya seorang pemimpin yang cerdas dapat dilihat dari apakah ia memiliki visi atau tidak, juga sejauh mana visi yang dicita-citakannya itu. Seorang pemimpin sejati dia tidak hanya berfikir untuk hari ini saja, tapi harus mampu membuat perencanaan, misalnya sampai 5-10 tahun ke depan, juga strategi jangka panjang dan jangka pendek. Jika dia memimpin rumah tangga, dia akan berfikir hendak dijadikan apa rumah tangganya. Apakah hanya akan berkaya-kaya di dunia, tapi direbus di akhirat? Atau melimpah ruah di dunia dan di akhirat menjadi ahli surga?

Tidak sedikit orang yang cita-citanya hanya sampai dunia saja. Berlatihlah memikirkan visi yang jauh ke depan, karena berfikir jauh itu menentukan apa yang bisa kita lakukan. Kedua, pemimpin yang cerdas itu harus mampu membuat strategi, merencanakan dan menentukan mana yang harus didahulukan. Jangankan memimpin sesuatu yang besar, untuk mengatur hal yang sederhana saja memerlukan kemampuan berfikir. Membuat sesuatu yang sederhana saja jika tidak memakai strategi tentu akan gagal, apalagi untuk memimpin sesuatu yang besar. Jika seseorang tidak mampu menentukan mana yang harus didahulukan dan tidak mampu merencanakan, itu ciri orang yang lemah kepemimpinannya Ketiga, pemimpin yang cerdas harus terampil membaca, menggali dan mensinergikan potensi.

Pemimpin yang tidak pernah membaca potensi dan mensinergikannya, dia tidak akan sukses karena tidak ada sukses tunggal, tidak pernah bisa sukses hanya dengan sendirian. Sebagai contoh, Nabi SAW mengetahui potensi sahabat-sahabatnya, sehingga potensi mereka semua dapat bersinergi. Misalnya, Rasulullah SAW mengerti potensi Bilal, walaupun ia hanya seorang budak yang hitam legam, tetapi ia sangat taat dan mempunyai suara yang bagus, sehingga adzannya menyentuh qolbu. Contoh lainnya, terlahirnya seorang anak karena adanya sinergi dari dua potensi, yaitu sel telur dari seorang ibu dan sperma dari seorang ayah. Oleh karena itu, bacalah potensi orang-orang di sekitar kita. Di rumah potensi istri dan anak apa, potensi pembantu apa, potensi tetangga bagaimana?

Di sekolah potensi teman-teman juga dibaca. Keempat, pemimpin yang cerdas adalah pemimpin yang bisa memotivasi. Setelah potensi dibaca dan digali, lalu mereka didorong agar bisa berbuat sesuatu. Seorang pemimpin tidak cukup hanya pandai merencanakan dan bercita-cita, tetapi harus mampu memotivasi agar masyarakat bisa bergerak, anak bisa belajar, istri bisa menghemat, tetangga bisa saling menghargai, suasana di kantor bisa menjadi produktif, bahkan bangsa bisa berubah menjadi lebih baik akhlaknya. Sekarang di Indonesia ini orang yang cerdas banyak, setiap kampus melahirkan sarjana setiap tahun, tetapi mengapa negara kita dilanda krisis dan menjadi bangkrut?
Cerdas yang baik adalah cerdas yang dibimbing oleh Allah SWT, karena kecerdasan yang tidak tertuntun akan berpeluang merusak. Kebatilan yang dilakukan oleh orang yang cerdas lebih berbahaya dibandingkan oleh orang yang bodoh. Jika orang bodoh mencuri ayam, terkadang bukan ayamnya yang tertangkap, justru dirinya yang tertangkap. Tetapi jika orang cerdas mencuri bisa sampai miliaran atau triliunan rupiah, bahkan bisa membuat negara menjadi bangkrut. Semoga Allah Yang Menciptakan akal pikiran, mengaruniakan kepada kita kecerdasan yang dibimbing dan dituntun oleh-Nya, kecerdasan yang bermanfaat untuk melakukan sesuatu di jalan yang disukai-Nya.
Amanah

Pada hakikatnya segala yang diperbuat manusia, tidak ada satupun yang lepas dari pertanggungjawaban, termasuk kerja di perusahaan atau instansi. Maka dengan meyakini kerja itu suatu amanah yang harus dipertanggungjawabkan, maka seorang karyawan atau pegawai atau guru, akan mampu bekerja dengan tuntas (total solution). Karena hakikatnya seseorang tidak hanya mempertanggungjawabkan kerjanya kepada atasannya saja, tetapi juga mempertanggungjawabkan kerjanya kepada Allah Yang Maha Mengetahui.


أَيَحْسَبُ الإنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى


“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (Q. S. Al-Qiyamah: 36).

Dan semua karyawan/ pegawai, apapun levelnya, adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.


كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ


“Kamu semua adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”(Muttfaq alaih).

Dan Muhammad adalah contoh seorang karyawan/ pebisnis yang amanah, yang jujur, yang transparan, sekaligus bertanggung jawab, yaitu pada saat beliau menjadi karyawannya Siti Khodijah, jauh sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Sehingga perniagaannya atau bisnisnya sukses luar biasa karena sifat amanahnya. Dan tidak heran beliau mendapat gelar dari masyarakat dengan gelar “Al-Amin”.
Tabligh

Apabila sifat tabligh dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan bermasyarakat dan berorganisasi, maka segala aktivitas yang cenderung negatif dapat terkontrol. Karena setiap individu akan berusaha untuk saling mengingatkan dan menyerukan pada kebaikan. Sebagai seorang muslim , kita seyogyanya wajib saling mengingatkan dan menyerukan kepada rekan sekerja, atasan maupun bawahan agar selalu berusaha melaksanakan pekerjaan sesuai dengan aturan atau prosedur yang berlaku. Muslim yang baik harus mau dan mampu mengatakan bahwa yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Seorang muslim harus yang mengedepankan sifat tabligh, akan selalu berusaha menjaga hubungan manusiawi yang harmonis dalam lingkup kerjanya maupun di lingkungan sekitarnya. Komunikasi yang baik akan selalu dibangun dalam rangka menyeru pada kebaikan. Keramahtamahan, tidak memandang rendah orang lain dan selalu berupaya menghargai orang lain harus di kedepankan, dengan tujuan persuasi, agar orang lain tersebut dapat diajak kearah kebaikan. Penguasaan akan keterampilan berkomunikasi sangat penting, sehingga orang yang diajak atau diseru dapat menerima dan merespons dengan senang hati.

Ciri-ciri seorang muslim sifat tablig adalah:
Mampu berkomunikasi efektif,
Lebih banyak mendengar omongan orang-orang yang dipimpinnya
Bahasa komunikasinya bisa dimengerti oleh orang-orang yang dipimpinnya.
Mudah dihubungi dan juga mudah untuk dekat siapapun.
Ramah tamah, selalu respek terhadap orang-orang yang dipimpinnya, Mempunyai perimbanganyang bijak serta selalu bersahabat kepada setiap orang.
Sifat tabligh dalam memimpin juga menuntut untuk selalu berusaha memahami keinginanorang-orang yang dipimpinnya serta mengetahui kebutuhan orang-orang yang dipimpinnya.