Subscribe:

Pages

tangis, tasbih, lalu apa lagi ?

Akhir-akhir ini media massa tak pernah kehabisan berita, selalu saja ada kejadian yang heboh atau dibuat seolah-olah menghebohkan berkaitan dengan segala macam masalah yang menjangkiti negeri kita. Contohnya saja soal pansus Century, banyak yang bisa diberitakan dari sidang-sidang mereka, dari gerak-gerik para anggota pansus, maupun orang-orang yang akan diundang untuk di-”interogasi”. Dari yang penting dan memang bener-bener penting, sampe dari yang remeh-temeh tanpa kaitan langsung dengan kasus Century itu, yang bagi saya pribadi kok ya kayak gitu diberitakan, mbok ya yang lainnya.

Contohnya berita mengenai ada tangis menangis dalam memutuskan apakah bank Century itu layak diselamatkan atau tidak. Yang ingin saya soroti adalah bagian yang saya tebalkan dan garis bawahi itu. Bahkan saya mendengar ada anggota pansus yang nyeletuk, kira-kira bertanya : “itu tangis sedih atau tangis bahagia?” Penting ya? barangkali penting, mungkin dianggap itu menunjukkan suasana psikologis dari pembuat keputusan saat itu, tapi buat saya kok ya ngapain tangis-tangisan gitu dibahas di sidang. Sampai muncul pula tanggapan tidak benar ada tangis-menangis di sana. Lha kok malah bahas tangisannya ?



Eh pagi ini ada yang baru lagi, soal ibu menteri yang bertasbih. Katanya ada kamera salah satu stasiun tv yang sempat menangkap tangan bu menteri sedang bertasbih saat ditanyai para anggota pansus. Berita lebih lengkapnya silakan di baca di sini. Dengan diberitakan membuat bertasbih itu seakan-akan hal yang wah padahal kan lumrah. Semoga saja kegiatan bertasbih itu yang dilakukan ibu menteri itu tak dianggap untuk mengusir roh-roh jahat seperti halnya yang sering kita lihat di film-film atau sinetron horror. Atau kelak, beberapa puluh tahun nanti, tiba-tiba muncul sebuah lelang, lelang tasbih. Ini loh tasbih yang dipakai bu menteri waktu menghadapi pansus dalam kasus bank Century, dan tasbih itu pun terjual dengan harga mahal layaknya barang langka yang pantas dikoleksi oleh para kolektor, hahahaha…itu hanya khayalan saya saja.

Ah sudahlah, barangkali ini cuma akibat rasa eneg saya terhadap berita-berita itu sehingga tidak bisa melihat sisi menarik dari berita-berita itu. Saya tidak menyalahkan sumber berita, atau pembuat berita, tapi saya sendiri, yo kok ya saya masih mau aja mengikuti berita-berita macam begitu, hahahaha….