Ponakanku dulu adalah hadiah yang paling berharga buat kedua Bapak dan Ibu ku.
Sebuah anugerah yang membuat mereka nampak tersenyum bahagia ketika mendengar jeritan dan tangisannya.
Hmmm, sebenarnya aku tidak ingin menceritakan ini lebih jauh.
Itu akan membuatku teringat akan saat terakhir dia ada di gendonganku, dengan kondisi yang memang sudah cukup lemah untuk seorang anak yang masih belum genap satu tahun. Tangan dan kaki nampak kebiru-biruan, wajahnya yang lucu dan imut juga kebiru-biruan….
Duh, adek ku sayang….. ayo ikut Om jalan-jalan di pelataran depan rumah??? ajakanku kepada dia.
Dia hanya tersenyum, menandakan dia mau dan senang saya ajak jalan-jalan.
Waktu itu sekitar pukul 16.00 Wib, dengan cuaca yang tidak terlalu panas dan ditemani angin sepoi-sepoi mengantar kami menikmati aliran air sungai kecil di depan rumah.
Ada beberapa teman-temanku lewat dan berhenti sejenak untuk sekedar menanyakan, hei, Di, kui anakmu toh??? Kapan lek mu rabi???
HEhehhehe, senyumku lebar kepada mereka.
Iki anak e mbak ku Sob (bos, dibalik. sebutan akrab di lingkunganku).
hehehehhe…
Tak selang berapa lama, waktu sudah menunjukkan pukul 16.45 WIB saat nya adek untuk mandi sore…..
kemudian mbakku mengajaknya kembali.
aku masih meneruskan perbincanganku dengan teman-teman di depan rumah.
10 menit kemudian, saya masuk kedalam rumah. Berharap ketemu dengan adekku yang setelah mandi pasti wangi dan tambah imut. (kayak om nya…. hehehhe)
selangkah ku menuju kereta dorong adek, terlihat muka yang semakin membiru dan susah bernafas.
Seketika aku berteriak kecang, Ibuuuuuuuuuuuuuuuuu, mbakkkkkkkkkkkkk,……….
Adek kenapa kie???
Kok muka nya biru-biru…
tidak menunggu lama, mereka yang ada di dalam rumah kontan berkumpul di ruang tengah.
Tiba-tiba ditengah kebingunganku melihat kondisi adek kecil ku itu, Ibu ku berkata.
Ini pasti gara-gara bar di gendong Ady mau….
(Kebetulan aku saat itu agak flu….)
aduhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
aku bingung nek crito nduk….. kapan-kapan disambung ae nek ketemu ya…..
nyuwun sewu ra iso neruske ceritane…. timbang aku mengko bingung loh…
Tiba-tiba ditengah kebingunganku melihat kondisi adek kecil ku itu, Ibu ku berkata.
Ini pasti gara-gara bar di gendong Ady mau….
(Kebetulan aku saat itu agak flu….)
Langsung Bapak ku nyuruh nganter ke Rumah sakit, kontan aja aku ga mau…. antara takut dan cemas….
entah ini yang aku rasakan akan terjadi atau ndak, saya ga ngerti…. tapi saat itu aku merasakan rasa yang aneh menyelimuti hatiku….
apalagi dengan Ibu ku yang memojokkan aku atas kejadian ini.
Aku langsung menangis dan masuk kamar…..
merasa bersalah….. kenapa harus aku gendong tadi adek ku itu…
Akhirnya bapakku yang nganter, bertiga mbakku, ma Ibuku.
aku dirumah dan adikku di rumah. dan seorang pembatu.
aku masih di dalam kamar dengan perasaan yang tidak nyaman.
ini apa yang akan terjadi…..
waktu saat itu menunjukan pukul 17.50.
tiba-tiba telpon rumahku berdering…….
beberapa kali aku dan adikku ga berani ngankat….
takut kalao mendengar kabar itu langsung akan menangis dan pingsan,
akhirnya aku panggil Yu Ngasitun untuk mengangkatnya….
dengan muka kosong dia bicara dengan seseorang ada disana….
terdengar suara, inggih inggih, inggih,,,, hampir 5 kali
nampak wajahnya semakiin merah dan memendam suatu berita yang membuatku semakin panas……
kemudian, suara itu di tutup…..
wassalam
aku langsung bertanya kepada yu Ngasitun….
Ono opo yu???
sopo sing telepon???
pie kabar adek???
sambil ku penggang pundaknya aku menanyakan itu berkali-kali….
dia berkata dengan pelan….
Mas, dik sari, niki mau sing telepon Ibu.
Ibu meling mboten usah nangis lan sedih malih….
Adek e sampun ayem dateng surgo…..
sejenak aku tertegun….. dan membuang mataku ke belakang…..
samapai akhirnya aku tak sadarkan diri….
Aku berteriak tanpa batas………
seperti orang yang sedang kerasukan setan…. apalagi saat itu jam magrib…
hampir semua orang yang lewat depan rumah mampir untuk melihat apa yang terjadi di rumah….
aku sudah tidak sadar lagiiiiiii….
perkataanku semakin ngawur….
aku mersa berdosa dan bersalah….
saaat itu ada 20 an orang datang kerumah….. berhubung dekat jalan raya…
huh….
aku tidak bisa mengingat kisah ini sedalam-dalamnya….
kakiku saat ini aja seakan lemas….
sudah aja ya,,,,
kapan2 kalau ketemu aku ceritaainn lagi…
suwun,